Dulu memang sempat terpikir untuk move on ke VPS. Apalagi setelah beberapa hari yang lalu, salah satu hosting terkenal di dunia men-suspend salah satu blog saya. Alasannya? High CPU load karena visitor per hari melebihi 30.000 (UV; unique visitor). Padahal, saya sudah lebih 3 tahun di hosting terkemuka tersebut. Memang bukan satu kali ini saya di-suspend akibat high CPU usage. Bedanya, kasus pertama karena script AGC yang diimplementasikan gila-gilaan, sedang yang terakhir ini adalah akibat pengunjung terlalu banyak.
Dilematis ya? Di satu sisi ingin pengunjung banyak. Di sisi lain, terlalu banyak pengunjung malah berakibat ditendang pemiliki hosting 😆
Setelah bertahun-tahun menggunakan wordpress dipadu shared hosting, Akhirnya Pindah ke Virtual Private Server (VPS). Setelah berdiskusi dengan Om Ebo; sesepuh dari Blogger Banua, diputuskan untuk membeli VPS dengan spesifikasi:
- 2048MB RAM
- 2560MB Burst
- 4 CPU Cores
- 60GB SSD-Cached DiskSpace
- 2000GB Bandwidth
- 1 IPv4 Address
- OpenVZ/SolusVM
- Operating System: CentOS 6 64bit
- Location: US-West – Los Angeles, CA
Alhasil, beberapa hari ini seperti kurang tidur (memang kurang tidur). Memindah beberapa domain dan hosting sekaligus. Ada yang simple, ada yang ribet, gado-gado lah rasanya 😀

Jika Anda membaca tulisan ini, ini adalah tulisan pertama saya di server yang baru (karena blog butut ini ikut-ikutan pindah 😛 ). Masih banyak yang harus saya pelajari di sistem operasi CentOS dengan panel Kloxo-MR. Belajar never die-lah
Tampaknya, saya memang sudah “teracuni” yang namanya VPS. Banyak rekan-rekan di Komunitas Blogger Banua yang juga mulai beralih ke VPS. Alasannya “sederhana”, karena server biasa “tidak sanggup” melawan serbuan visitor (beneran, orang-orang ini hebat-hebat; disaat saya kesulitan mencari 1000 uv, mereka dengan mudahnya mencapai 45K uv!)
Bagaimana cara setup VPS? Yang ini saya tidak berani menjawab sekarang, masih meraba dan belajar. Monggo ditanya sama sesepuh om Ebo (tuh ada link-nya di atas) xixixi 😀