Google Panda yang pernah saya tulis di Google Panda: Algoritma Google 2011, Google Panda mulai diterapkan Global dan Google Panda Berlaku untuk Semua Bahasa, tampaknya akan menurun “pamor”nya setelah Google kembali meluncurkan pembaharuan algoritma mesin pencari mereka per 24 April 2012 kemarin. Nah, kabarnya nama algoritma Google yang baru ini adalah Google Penguin.
Google memang seringkali memperbaharui bagaimana mereka menyeleksi hasil pencarian di mesin pencari. Tujuannya cuma satu, yakni memberikan hasil yang relevan dan sesuai dengan keinginan pengguna (user).
Mungkin yang menjadi pertanyaan menarik adalah, siapa yang menamai hasil pembaharuan algoritma Google? Contoh yang paling dekat adalah Google Panda. Mengapa diberi nama Google Panda? Padahal, sejak pemberitahuan Google tentang perubahan di bulan Februari satu tahun silam, Google hanya menyebutkan “Algoritma yang memerangi web atau halaman dengan konten yang buruk”. Belakangan, nama Panda mencuat ke permukaan karena diambil dari salah satu nama teknisi Google yang turut serta mengembangkan Algoritma Google tersebut.
Ada Apa di Google Penguin?
Dalam update kali ini, Matt Cutt memberitahukan:
We want people doing white hat search engine optimization (or even no search engine optimization at all) to be free to focus on creating amazing, compelling web sites. (Another step to reward high-quality sites, Inside Search)
Yang kurang lebih artinya:
Kami ingin para webmaster mengoptimasi situsnya dengan cara yang benar (White Hat SEO) atau bahkan tidak mengoptimasi sama sekali agar lebih fokus dalam membuat situs yang LUAR BIASA dan sesuai aturan (Google Guidelines).
Eh? Tidak mengoptimasi sama sekali? Dalam pemikiran saya, kemungkinan yang dimaksud dengan “tidak mengoptimasi sama sekali” adalah tidak berlomba-lomba mencari backlink untuk mendapatkan SERP (Search Engine Results Position) yang bagus (OFF PAGE). Di balik itu, Anda tetap wajib untuk mengoptimasi halaman yang Anda miliki secara ON PAGE; seperti memperhatikan struktur html suatu halaman, kecepatan loading halaman, meminimalisir death link di suatu halaman, menghindari duplikat konten dll.
Kesimpulannya, agar tetap bertahan di Google Penguin adalah dengan membangun konten yang bagus, menghindari metode-metode Black Hat SEO, mentaati guideline Google dan tidak mengoptimasi secara berlebihan.
Eh, kelupaan, sebelum Google memberikan nama “Penguin” terhadap algoritma Google yang baru, para webmaster dunia telah sepakat sebelumnya untuk menamainya Google Titanic; karena kita (para webmasters) akan mencari “siapa yang selamat” dari update kali ini 😆
Yang lebih “berbahaya”, selain bisa mengetahui tautan yang tidak relevan, tampaknya Google kali ini bisa mengenali artikel hasil spin. Perhatikan:
Of course, most sites affected by this change aren’t so blatant. Here’s an example of a site with unusual linking patterns that is also affected by this change. Notice that if you try to read the text aloud you’ll discover that the outgoing links are completely unrelated to the actual content, and in fact the page text has been “spun” beyond recognition:
Jadi, saat ini adalah saat di mana webmaster harus melakukan penyelidikan sendiri dan menyeluruh terhadap semua situs yang dikelolanya. Lihat, yang mana yang turun traffic-nya, mana yang stabil, mana yang meningkat. Bandingkan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Saya sendiri mulai mengamati ribuan ratusan blog saya. Mana yang terkena dampak Google Penguin, mana yang tidak, dan mana yang diuntungkan oleh Algoritma Google Penguin ini.
Nah, bagaimana dengan Anda? Anda memiliki pendapat tambahan atau sanggahan? Silakan.. Kolom komentar selalu tersedia bagi rekan-rekan yang ingin berdiskusi demi kemajuan webmaster Indonesia 🙂
-Berbagi Tidak Pernah Rugi-